“Afwan,Apakah dulu antum pernah pacaran ?”
Apakah ana boleh bertanya demikian kepada ikhwan yang akan melamarku?
Bismillah was sholatu wassalamu ala rosulillah wa ala a’lihi wa ashabihi ajma’in,
Pada dasarnya islam memerintahkan bagi mereka yang akan menikah untuk mencari pasangan yang baik agama dan akhlaknya, hal inilah yang di wasiatkan Nabi ﷺ kepada wali – wali wanita, Nabi bersabda
إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير
Artinya :Apabila datang seorang laki-laki untuk(melamar)yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya,maka nikahkanlah, jika tidak maka hal tersebut akan menyebabkan finah di muka bumi dan kerusakan yang besar.(HR.At tirmidzi, dan di hasankan oleh syaikh Al-bani dalam Adh Dho’ifah ).
Nabi memerintahkan untuk memfokuskan pada “agama dan akhlak” karena dua hal tersebut adalah kunci kesuksesan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
Dan karena kedua sifat tersebutlah pasutri akan mampu mengatasi segala permasalahan rumah tangga yang “pasti” akan datang menerpa bahtera rumah tangga. Para ulama menjelaskan cara untuk mengetahui baik agama dan akhlak seseorang ditinjau dengan:
- Memperhatikan ibadah yang nampak dalam keseharian,seperti menjaga sholat lima waktu, dll.
- Mencari informasi terpercaya dari orang-orang terdekat ,seperti tokoh agama,gurunya,orang tuanya,teman dekatnya.
- Memperhatikan bagaimana ia mempergauli orang terdekatny(terlebih para wanita) seperti ibunya,saudari perempuanya.
- Memperhatikan lingkungan keseharian dia tinggal.
Namun, islam telah memberikan batasan-batasan agar seseorang tidak terlampau mencari-cari kesalahan dan aib seseorang yang akan menimbulkan fitnah dan prasangka buruk terhadap sesama muslim, seperti menanyakan masa lalunya sebelum belajar agama atau perkara dosa yang telah ia tinggalkan semisal pacaran, judi, minuman keras, dll.
Karena semua manusia “PASTI”pernah melakukan perbuatan dosa atau memiliki kekurangan.
Perhatikanlah, bagaimana Nabi shollallahu alaihi was sallam memerintahkan untuk fokus melihat agama dan akhlaknya kepada para sahabat,yang mana para sahabat juga pernah memiliki masa lalu yang kelam sebelum masuk islam.
Bahkan,sebagian para sahabat sampai bertanya:
يا رسول الله ،و إن كان فيه
Artinya : wahai rosulullah,walaupun dia memiliki kekurangan
Nabi shollahu alaihi wassalam pun menjawab sebanyak tiga kali untuk tertap fokus kepada agama dan akhlaknya. (HR. imam At tirmidzi dan beliau mengatakan hadis hasan ghorib).
Nabi shollahu alaihi was sallam juga bersabda:
من ستر مسلما ستره الله في الدنيا و الآخرة (رواه مسلم)
Artinya : Barang siapa menutupi aib seorang muslim(di dunia) ,maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat (HR.muslim)
Berangkat dari penjelasan ringkas di atas, maka tidak selayaknya kita menanyakan sesuatu kesalahan (pacaran).
” NAMUN JIKA KESALAHAN TERSEBUT DAPAT MENGURANGI ATAU MENGHALANGI TUJUAN DAN MAKSUD SYARIAT DARI SEBUAH PERNIKAHAN, ATAU AIB TERSEBUT MEMBAHAYAKAN PASANGAN DAN KETURUNANNYA DI KEMUDIAN HARI, seperti orang yang mengidap penyakit AIDS, Maka ia WAJIB menjelaskan kepada yang akan menjadi pasangan hidupnya kelak.”
Serta fokuslah dalam membenahi diri dan menggantungkan segala “harapan dan cinta” hanya kepada Allah. Dan yakinlah dengan janji Allah dalam surat Al an nur ayat 26
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ(النور ٢٦)
Artinya : Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). [ QS.An-nur 26]
Ketika Allah memilih seseorang menjadi pasangan kita dengan segenap usaha yang telah kita upayakan agar mendapatkan pasangan yang baik serta megharapkan ridhoNya dalam pernikahan,maka ia adalah yang terbaik dengan segala kekurangan yang ia miliki.
Wallahu a’lam bis showaab
Abu Kaysaa Husni Muhaammad, Lc., M.S.I.